Senin, 17 Desember 2012

Pengamatan Malam

Pengamatan DKRA tanggal 7 Desember 2012 pukul 21.20 – 23.15 dengan metode VES time search, dilakukan di studio arboretum lanskap dengan jumlah pengamat 8 orang, cuaca saat pengamatan mendung dan hujan deras saat akhir pengamatan. Reptile yang dijumpai yaitu Ahaetulla prasina 2 ekor, A. prasina pertama ditemukan pukul 22.10 dengan panjang svl 81 cm dan ekor 44 cm aktivitas diam di dahan pohon legum, individu kedua ditemukan pukul 22.32 dengan svl 33 cm dan panjang ekor 11 cm aktivitas diam di semak dan masih berupa juvenile. Amfibi yang ditemukan adalah Bufo melanosticus, ditemukan pukul 23.00, juvenile, dengan aktivitas diam. Satwa yang ditemukan namun tidak tertangkap yaitu cicak pohon (Cyrtodactylus marmoratus) dan kadal. Pengamatan ulang juga dilakukan di arboretum lanskap kemudian berakhir di kolam gladiator IPB, pengamatan dilakukan pukul 19.00 dengan jumlah pengamat 4 orang, cuaca cerah. Sata yang ditemukan yaitu Ahaetulla prasina. dengan panjang svl 76 cm dan panjang ekor 42 cm, 2 Bufo melanosticus dan 2 Rana chalconota.
Ahaetulla prasina  disebut ular gadung karena ular ini sepintas menyerupai pucuk tanaman gadung (Dioscorea hispida) yang hijau lampai. Ular berwarna hijau, panjang dan amat ramping. Terkadang ada pula yang berwarna coklat kekuningan atau krem atau keputihan, terutama pada hewan muda. Panjang tubuh keseluruhan mencapai 2 m, meski kebanyakan sekitar 1,5 m atau lebih; lebih dari sepertiganya adalah ekornya yang kurus seperti cambuk. Kepala panjang meruncing di moncong, jelas lebih besar daripada leher yang kurus bulat seperti ranting hijau. Mata besar, kuning, dengan celah mata (pupil) mendatar. Panjang moncong sekurangnya dua kali panjang mata. Pipi dengan lekukan serupa saluran horizontal ke arah hidung, memungkinkan mata melihat dengan pandangan stereoskopik dan memperkirakan lokasi mangsa dengan lebih tepat. Sisi atas tubuh (dorsal) hijau terang atau hijau agak muda, merata hingga ke ekor yang biasanya sedikit lebih gelap. Terkadang, bila merasa terusik, ular pucuk atau biasa disebut ular gadung pari (nama lain di jawa tengah)akan melebarkan, memipihkan dan melipat lehernya serupa huruf S, sehingga muncul warna peringatan berupa belang-belang putih dan hitam pada kulit di bawah sisiknya. Sisi bawah tubuh (ventral) hijau pucat keputihan, dengan garis tipis kuning keputihan di sepanjang tepi bawah tubuh (ventrolateral). Perisai (sisik-sisik besar) di bibir atas (supralabial) 8-9 buah, yang nomor 4 sampai 6 menyentuh mata. Sisik-sisik dorsal dalam 15 deret, 13 deret di dekat ekor. Sisik-sisik ventral 189-241 buah; sisik anal berbelah, jarang tunggal; sisik-sisik subkaudal 169-183 buah (Tweedie 1983: 154-207 buah).


Pengamatan Malam

Pengamatan DKRA tanggal 7 Desember 2012 pukul 21.20 – 23.15 dengan metode VES time search, dilakukan di studio arboretum lanskap dengan jumlah pengamat 8 orang, cuaca saat pengamatan mendung dan hujan deras saat akhir pengamatan. Reptile yang dijumpai yaitu Ahaetulla prasina 2 ekor, A. prasina pertama ditemukan pukul 22.10 dengan panjang svl 81 cm dan ekor 44 cm aktivitas diam di dahan pohon legum, individu kedua ditemukan pukul 22.32 dengan svl 33 cm dan panjang ekor 11 cm aktivitas diam di semak dan masih berupa juvenile. Amfibi yang ditemukan adalah Bufo melanosticus, ditemukan pukul 23.00, juvenile, dengan aktivitas diam. Satwa yang ditemukan namun tidak tertangkap yaitu cicak pohon (Cyrtodactylus marmoratus) dan kadal. Pengamatan ulang juga dilakukan di arboretum lanskap kemudian berakhir di kolam gladiator IPB, pengamatan dilakukan pukul 19.00 dengan jumlah pengamat 4 orang, cuaca cerah. Sata yang ditemukan yaitu Ahaetulla prasina. dengan panjang svl 76 cm dan panjang ekor 42 cm, 2 Bufo melanosticus dan 2 Rana chalconota.
Ahaetulla prasina  disebut ular gadung karena ular ini sepintas menyerupai pucuk tanaman gadung (Dioscorea hispida) yang hijau lampai. Ular berwarna hijau, panjang dan amat ramping. Terkadang ada pula yang berwarna coklat kekuningan atau krem atau keputihan, terutama pada hewan muda. Panjang tubuh keseluruhan mencapai 2 m, meski kebanyakan sekitar 1,5 m atau lebih; lebih dari sepertiganya adalah ekornya yang kurus seperti cambuk. Kepala panjang meruncing di moncong, jelas lebih besar daripada leher yang kurus bulat seperti ranting hijau. Mata besar, kuning, dengan celah mata (pupil) mendatar. Panjang moncong sekurangnya dua kali panjang mata. Pipi dengan lekukan serupa saluran horizontal ke arah hidung, memungkinkan mata melihat dengan pandangan stereoskopik dan memperkirakan lokasi mangsa dengan lebih tepat. Sisi atas tubuh (dorsal) hijau terang atau hijau agak muda, merata hingga ke ekor yang biasanya sedikit lebih gelap. Terkadang, bila merasa terusik, ular pucuk atau biasa disebut ular gadung pari (nama lain di jawa tengah)akan melebarkan, memipihkan dan melipat lehernya serupa huruf S, sehingga muncul warna peringatan berupa belang-belang putih dan hitam pada kulit di bawah sisiknya. Sisi bawah tubuh (ventral) hijau pucat keputihan, dengan garis tipis kuning keputihan di sepanjang tepi bawah tubuh (ventrolateral). Perisai (sisik-sisik besar) di bibir atas (supralabial) 8-9 buah, yang nomor 4 sampai 6 menyentuh mata. Sisik-sisik dorsal dalam 15 deret, 13 deret di dekat ekor. Sisik-sisik ventral 189-241 buah; sisik anal berbelah, jarang tunggal; sisik-sisik subkaudal 169-183 buah (Tweedie 1983: 154-207 buah).


Pengamatan Malam

Pengamatan DKRA tanggal 7 Desember 2012 pukul 21.20 – 23.15 dengan metode VES time search, dilakukan di studio arboretum lanskap dengan jumlah pengamat 8 orang, cuaca saat pengamatan mendung dan hujan deras saat akhir pengamatan. Reptile yang dijumpai yaitu Ahaetulla prasina 2 ekor, A. prasina pertama ditemukan pukul 22.10 dengan panjang svl 81 cm dan ekor 44 cm aktivitas diam di dahan pohon legum, individu kedua ditemukan pukul 22.32 dengan svl 33 cm dan panjang ekor 11 cm aktivitas diam di semak dan masih berupa juvenile. Amfibi yang ditemukan adalah Bufo melanosticus, ditemukan pukul 23.00, juvenile, dengan aktivitas diam. Satwa yang ditemukan namun tidak tertangkap yaitu cicak pohon (Cyrtodactylus marmoratus) dan kadal. Pengamatan ulang juga dilakukan di arboretum lanskap kemudian berakhir di kolam gladiator IPB, pengamatan dilakukan pukul 19.00 dengan jumlah pengamat 4 orang, cuaca cerah. Sata yang ditemukan yaitu Ahaetulla prasina. dengan panjang svl 76 cm dan panjang ekor 42 cm, 2 Bufo melanosticus dan 2 Rana chalconota.

Ahaetulla prasina  disebut ular gadung karena ular ini sepintas menyerupai pucuk tanaman gadung (Dioscorea hispida) yang hijau lampai. Ular berwarna hijau, panjang dan amat ramping. Terkadang ada pula yang berwarna coklat kekuningan atau krem atau keputihan, terutama pada hewan muda. Panjang tubuh keseluruhan mencapai 2 m, meski kebanyakan sekitar 1,5 m atau lebih; lebih dari sepertiganya adalah ekornya yang kurus seperti cambuk. Kepala panjang meruncing di moncong, jelas lebih besar daripada leher yang kurus bulat seperti ranting hijau. Mata besar, kuning, dengan celah mata (pupil) mendatar. Panjang moncong sekurangnya dua kali panjang mata. Pipi dengan lekukan serupa saluran horizontal ke arah hidung, memungkinkan mata melihat dengan pandangan stereoskopik dan memperkirakan lokasi mangsa dengan lebih tepat. Sisi atas tubuh (dorsal) hijau terang atau hijau agak muda, merata hingga ke ekor yang biasanya sedikit lebih gelap. Terkadang, bila merasa terusik, ular pucuk atau biasa disebut ular gadung pari (nama lain di jawa tengah)akan melebarkan, memipihkan dan melipat lehernya serupa huruf S, sehingga muncul warna peringatan berupa belang-belang putih dan hitam pada kulit di bawah sisiknya. Sisi bawah tubuh (ventral) hijau pucat keputihan, dengan garis tipis kuning keputihan di sepanjang tepi bawah tubuh (ventrolateral). Perisai (sisik-sisik besar) di bibir atas (supralabial) 8-9 buah, yang nomor 4 sampai 6 menyentuh mata. Sisik-sisik dorsal dalam 15 deret, 13 deret di dekat ekor. Sisik-sisik ventral 189-241 buah; sisik anal berbelah, jarang tunggal; sisik-sisik subkaudal 169-183 buah (Tweedie 1983: 154-207 buah).


Pengamatan Malam

Pengamatan DKRA tanggal 7 Desember 2012 pukul 21.20 – 23.15 dengan metode VES time search, dilakukan di studio arboretum lanskap dengan jumlah pengamat 8 orang, cuaca saat pengamatan mendung dan hujan deras saat akhir pengamatan. Reptile yang dijumpai yaitu Ahaetulla prasina 2 ekor, A. prasina pertama ditemukan pukul 22.10 dengan panjang svl 81 cm dan ekor 44 cm aktivitas diam di dahan pohon legum, individu kedua ditemukan pukul 22.32 dengan svl 33 cm dan panjang ekor 11 cm aktivitas diam di semak dan masih berupa juvenile. Amfibi yang ditemukan adalah Bufo melanosticus, ditemukan pukul 23.00, juvenile, dengan aktivitas diam. Satwa yang ditemukan namun tidak tertangkap yaitu cicak pohon (Cyrtodactylus marmoratus) dan kadal. Pengamatan ulang juga dilakukan di arboretum lanskap kemudian berakhir di kolam gladiator IPB, pengamatan dilakukan pukul 19.00 dengan jumlah pengamat 4 orang, cuaca cerah. Sata yang ditemukan yaitu Ahaetulla prasina. dengan panjang svl 76 cm dan panjang ekor 42 cm, 2 Bufo melanosticus dan 2 Rana chalconota.

Ahaetulla prasina  disebut ular gadung karena ular ini sepintas menyerupai pucuk tanaman gadung (Dioscorea hispida) yang hijau lampai. Ular berwarna hijau, panjang dan amat ramping. Terkadang ada pula yang berwarna coklat kekuningan atau krem atau keputihan, terutama pada hewan muda. Panjang tubuh keseluruhan mencapai 2 m, meski kebanyakan sekitar 1,5 m atau lebih; lebih dari sepertiganya adalah ekornya yang kurus seperti cambuk. Kepala panjang meruncing di moncong, jelas lebih besar daripada leher yang kurus bulat seperti ranting hijau. Mata besar, kuning, dengan celah mata (pupil) mendatar. Panjang moncong sekurangnya dua kali panjang mata. Pipi dengan lekukan serupa saluran horizontal ke arah hidung, memungkinkan mata melihat dengan pandangan stereoskopik dan memperkirakan lokasi mangsa dengan lebih tepat. Sisi atas tubuh (dorsal) hijau terang atau hijau agak muda, merata hingga ke ekor yang biasanya sedikit lebih gelap. Terkadang, bila merasa terusik, ular pucuk atau biasa disebut ular gadung pari (nama lain di jawa tengah)akan melebarkan, memipihkan dan melipat lehernya serupa huruf S, sehingga muncul warna peringatan berupa belang-belang putih dan hitam pada kulit di bawah sisiknya. Sisi bawah tubuh (ventral) hijau pucat keputihan, dengan garis tipis kuning keputihan di sepanjang tepi bawah tubuh (ventrolateral). Perisai (sisik-sisik besar) di bibir atas (supralabial) 8-9 buah, yang nomor 4 sampai 6 menyentuh mata. Sisik-sisik dorsal dalam 15 deret, 13 deret di dekat ekor. Sisik-sisik ventral 189-241 buah; sisik anal berbelah, jarang tunggal; sisik-sisik subkaudal 169-183 buah (Tweedie 1983: 154-207 buah).


Pengamatan Malam

Pengamatan DKRA tanggal 7 Desember 2012 pukul 21.20 – 23.15 dengan metode VES time search, dilakukan di studio arboretum lanskap dengan jumlah pengamat 8 orang, cuaca saat pengamatan mendung dan hujan deras saat akhir pengamatan. Reptile yang dijumpai yaitu Ahaetulla prasina 2 ekor, A. prasina pertama ditemukan pukul 22.10 dengan panjang svl 81 cm dan ekor 44 cm aktivitas diam di dahan pohon legum, individu kedua ditemukan pukul 22.32 dengan svl 33 cm dan panjang ekor 11 cm aktivitas diam di semak dan masih berupa juvenile. Amfibi yang ditemukan adalah Bufo melanosticus, ditemukan pukul 23.00, juvenile, dengan aktivitas diam. Satwa yang ditemukan namun tidak tertangkap yaitu cicak pohon (Cyrtodactylus marmoratus) dan kadal. Pengamatan ulang juga dilakukan di arboretum lanskap kemudian berakhir di kolam gladiator IPB, pengamatan dilakukan pukul 19.00 dengan jumlah pengamat 4 orang, cuaca cerah. Sata yang ditemukan yaitu Ahaetulla prasina. dengan panjang svl 76 cm dan panjang ekor 42 cm, 2 Bufo melanosticus dan 2 Rana chalconota.

Ahaetulla prasina  disebut ular gadung karena ular ini sepintas menyerupai pucuk tanaman gadung (Dioscorea hispida) yang hijau lampai. Ular berwarna hijau, panjang dan amat ramping. Terkadang ada pula yang berwarna coklat kekuningan atau krem atau keputihan, terutama pada hewan muda. Panjang tubuh keseluruhan mencapai 2 m, meski kebanyakan sekitar 1,5 m atau lebih; lebih dari sepertiganya adalah ekornya yang kurus seperti cambuk. Kepala panjang meruncing di moncong, jelas lebih besar daripada leher yang kurus bulat seperti ranting hijau. Mata besar, kuning, dengan celah mata (pupil) mendatar. Panjang moncong sekurangnya dua kali panjang mata. Pipi dengan lekukan serupa saluran horizontal ke arah hidung, memungkinkan mata melihat dengan pandangan stereoskopik dan memperkirakan lokasi mangsa dengan lebih tepat. Sisi atas tubuh (dorsal) hijau terang atau hijau agak muda, merata hingga ke ekor yang biasanya sedikit lebih gelap. Terkadang, bila merasa terusik, ular pucuk atau biasa disebut ular gadung pari (nama lain di jawa tengah)akan melebarkan, memipihkan dan melipat lehernya serupa huruf S, sehingga muncul warna peringatan berupa belang-belang putih dan hitam pada kulit di bawah sisiknya. Sisi bawah tubuh (ventral) hijau pucat keputihan, dengan garis tipis kuning keputihan di sepanjang tepi bawah tubuh (ventrolateral). Perisai (sisik-sisik besar) di bibir atas (supralabial) 8-9 buah, yang nomor 4 sampai 6 menyentuh mata. Sisik-sisik dorsal dalam 15 deret, 13 deret di dekat ekor. Sisik-sisik ventral 189-241 buah; sisik anal berbelah, jarang tunggal; sisik-sisik subkaudal 169-183 buah (Tweedie 1983: 154-207 buah).